Riset Anak Negeri - Perangkat Hidroponik Pintar, Dikembangkan Oleh Dosen dan Mahasiswa FTIP Unpad
Perangkat hidroponik “Smart Watering” karya dosen dan mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad |
“Hallo Sobat Riset !!!, Assalamualikum Wr.Wb. Salam
sejahtera bagi kita semua”
Pada dasarnya hidroponik tidak begitu sulit untuk dilakukan.
Namun, tetap saja sistem ini pasti memiliki kendala dalam prosesnya. Jika Anda
tertarik untuk memulai hidroponik, ada baiknya mempelajari kendala hidroponik
yang seringkali terjadi.
Sistem tanam ala hidroponik untuk bisnis kerap dihadapkan
pada pilihan Deep Flow Technique atau DFT dan Nutrient Film Technique alias
NFT.
Menurut Pemilik AA 818 Hydroponic, Anggi Bitho Lokmanto, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan sistem DFT atau NFT dalam
hidroponik. Hal pertama yang harus diperhitungkan adalah biaya.
"Untuk sistem NFT disarankan tempat yang panas.
Pertimbangan lainnya dari kestabilan listrik. Listrik stabil bagus untuk
NFT," kata Anggi.
Anggi menambahkan penggunaan mesin pompa dalam sistem NFT
bergantung pada pemilihan mesin pompa. Saat ini, ada banyak mesin dengan daya
rendah dengan kekuatan debit tinggi mulai Rp500.000 – Rp1 juta.
Biaya listrik operasi pompa (pompa 5200) 24 jam dan 30 hari
:
· Pemakaian listrik 1 pompa adalah 60 watt/jam, untuk
24 jam dibutuhkan 60 x24 = 1440 watt/hari
·
Pemakaian selama 30 hari adalah 1440 x30/1000 =
43.2 kwh.
·
Harga 1 kwh = Rp. 1500,-.
·
Biaya listrik selama 30 hari adalah 43.2 x1500 =
Rp. 64,800,-
[Dilansir laman unpad.ac.id] Tim penelilti Fakultas
Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Universitas Padjadjaran mengembangkan
perangkat hidroponik menggunakan prinsip self watering system tanpa energi
listrik.
Perangkat bernama “Smart Watering” ini dikembangkan oleh
seorang dosen FTIP Unpad Dr. Sophia Dwiratna Nur Perwitasari, M.T., bersama
lima mahasiswa FTIP antara lain Diki Abdulah, Chaerul Amin, Shilvya Dewi
Agustien, Annisa Nurdiah, dan Salma Waffiyah.
Produk ini merupakan hasil hilirisasi Penelitian Dasar
Unggulan Perguruan Tinggi 2018-2019 yang diketuai oleh Dr. Sophia. Pada tahun
2020, Smart Watering diusulkan dalam kompetisi bisnis yang difasilitasi oleh
Hibah Inovasi Pre-Startup Mahasiswa Unpad (HIPSMU).
Diungkapkan Diki, penggunaan listrik terutama untuk pengelolaan air dalam hidroponik cukup tinggi. Untuk itulah Smart Watering hadir untuk mengatasi permasalahan tersebut.
“Dengan produk kami, memanfaatkan gaya gravitasi, prinsip
archimedes,dan kapilaritas itu ternyata hasilnya sama bagusnya dengan sistem
yang memakai energi listrik untuk irigasinya,” ungkap Diki.
BACA JUGA : MAHASISWA UPNVY MENEMUKAN CARA MENGIDENTIFIKASI ENDAPAN EMAS
Smart Watering dapat digunakan untuk berbagai jenis tanaman
dan metode hidroponik, seperti substrat dan kultur air. Selain hemat listrik,
penggunaan Smart Watering juga diyakini dapat meningkatkan efisiensi dalam
penggunaan air dan nutrisi.
“Self watering system yang kita aplikasikan itu 100% air dan
nutrisi akan diserap oleh tumbuhan. Kita meminimalisasi proses penguapan dari
media tanamnya,” jelas Diki.
Komponen yang digunakan meliputi tandon,wadah (bucket),
katup (valve), dan saluran irigasi. Dalam penggunaannya, terlebih dahulu tandon
diisi air dan nutrisi. Setelah dibuka keran, air dan nutrisi akan masuk ke
setiap katup yang ada di wadah. Katup itulah yang akan mengatur pemberian
irigasinya.
“Valve itu akan mengairi setiap bucket sesuai kebutuhan tanaman,”
imbuh Diki.
Dengan demikian, pengguna tidak perlu menyiram air setiap
hari. Cukup satu minggu sekali atau sesuai fase tumbuh tanaman.
Prinsip Diki dan tim adalah “bertani tanpa ribet”, sehingga
mereka berupaya menciptakan produk yang mudah digunakan dengan hasil yang
optimal. Selain hemat biaya dan ramah lingkungan, penggunaan Smart Watering
juga dinilai praktis.
Satu instalasi Smart Watering sendiri berukuran sekitar
150×60 cm. Diperkirakan satu instalasi Smart Watering dapat digunakan untuk 70
lubang tanaman sayur daun dan 10 tanaman sayuran buah.
“Jadi bisa dimanfaatkan di teras-teras rumah atau
pekarangan,” jelas Diki.P
Produk yang didesain mudah dikemas dan dipasang ini sudah
dipasarkan sejak September 2020. Sudah diigunakan di berbagai daerah, mulai
dari Bandung hingga luar Jawa.
Harapan diki beserta tim yaitu untuk masyarakat, terutama
yang tinggal di perkotaan akan dengan mudah bercocok tanam di pekarangan
rumahnya masing-masing. Dan juga produk mereka dapat berkontribusi dalam
meningkatkan ketahanan pangan Indonesia.
“Besar harapan kami juga bisa membuka lapangan pekerjaan melalui produk ini. Karena kami juga akan memproduksi ke skala yang lebih besar,” harap Diki.
Jadi, bagaimana pendapatmu mengenai inovasi terbaru dari UNPAD tersebut ? Jangan lupa tinggalkan komentar dibawah Sob ! mari berdiskusi !
"Terima kasih telah membaca artikel kami, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.”
Sumber :