Riset Anak Negeri - Mahasiswa ITS Memanfaatkan Kulit Mangga, Raih Emas di Korea
Ahnaf, Ulfa Miki Fitriana, Hafildatur Rosyidah dan Tiara Mahendra Kurniawati, Mohamad Ikbal Pangestu merupakan Tim Platinum ITS yang sukses raih emas di Korea |
“Hallo Sobat Riset !!!, Assalamualikum Wr.Wb. Salam
sejahtera bagi kita semua”
Kulit mangga mengandung nutrisi dan senyawa alami seperti
polifenol, serat, vitamin C, vitamin E, hingga karotenoid. Semua nutrisi dalam
kulit mangga dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan kanker. Sebuah studi
pun menunjukkan ekstrak kulit mangga memiliki kandungan antioksidan dan
antikanker yang tinggi.
Tak hanya sebagai
penurun risiko penyakit jantung dan kanker, ternyata kulit mangga dapat digunakan
sebagai inhibitor pada logam. Dengan cara kulit manga diekstrak terdahulu,
seperti halnya yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS). Mereka adalah Ahnaf, Tiara Mahendra Kurniawati, Ulfa
Miki Fitriana, Hafildatur Rosyidah, dan Mohamad Ikbal Pangestu.
Dilansir laman its.ac.id– Berkat menyulap ekstrak kulit
mangga menjadi agen inhibitor korosi logam SS-304 yang ramah lingkungan, lima
mahasiswa Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mendulang prestasi cemerlang. Berkat inovasi unik tersebut, mereka berhasil
meraih medali emas dalam kompetisi Korea International Women’s Invention
Exposition (KIWIE) yang bertempat di Korea Selatan, selama tiga hari mulai 23
Oktober lalu.
Mereka tergabung dalam sebuah tim yang bernama Platinum.
KIWIE sendiri merupakan kegiatan expo tahunan bertaraf profesionalitas dan
internasional yang diikuti oleh 17 negara dan rutin diadakan setiap tahunnya
oleh Korea Women Inventors Association (KWIA) yang bertempat di Kintex-ro,
Ilsanseo-gu, Goyang-si, Gyeonggi-do, Korea Selatan.
Inhibitor logam yang sering berada di pasaran biasa dipakai
dengan menggunakan metode elektroplating. Yakni merupakan metode untuk
menghambat korosi logam dengan cara melapiskan logam yang akan dipakai
menggunakan logam lain yang lebih mudah teroksidasi. Metode ini menggunakan
prinsip elektrokimia. “Limbah dari proses ini cukup banyak dan berbahaya,
sehingga kami perlu mencari alternatif lainnya,” ungkap mahen, Salah satu
anggota tim.
Kulit mangga dipilih sebagai bahan dasar penelitian karena
kulit mangga seringkali dibuang, jarang dimanfaatkan, dan dapat membuat limbah
organik baru. “Tak mau itu terjadi, kami memanfaatkan kulit mangga untuk
dijadikan inhibitor, di mana kulit tersebut mengandung senyawa kimia seperti
flavonoid yang mampu bertindak sebagai antioksidan,” beber gadis asal Bogor
tersebut saat dihubungi lewat pesan singkat.
Karena sifat tersebut, lanjut Mahen, laju korosi dapat
ditahan. Dalam prosesnya, pertama mereka menjemur kulit mangga hingga kering.
Kemudian, kulit mangga tersebut dicacah hingga dapat dilakukan pengekstrakan.
Hasil ekstrak tersebut nantinya akan dicampur dengan larutan uji yaitu air
garam (NaCl).
“Larutan uji tersebut kami gunakan untuk mengetahui tingkat
korosi pada logam serta efektivitas inhibitor dalam menahan laju korosinya,”
imbuh mahasiswi yang juga tergabung dalam Tim Spektronics ITS tersebut.
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi
redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari,
korosi disebut perkaratan, korosi merupakan proses elektrokimia.
Dalam risetnya, penelitian ini sudah diujicobakan ke plat
SS-304, yakni salah satu jenis plat logam yang banyak digunakan untuk kaleng
makanan dan barang rumah tangga lainnya. Hasilnya, inhibitor ini berhasil
menahan laju korosi dengan efisiensi sebesar 88 persen. “Sebenarnya sudah ada
penelitian serupa, namun yang membedakan dengan penelitian kami adalah jenis
logam dan bahan inhibitor yang dipakai,” jelasnya.
BACA JUGA : MAHASISWA UB TELITI KULIT APEL UNTUK HAMBAT COVID-19
Dalam persiapanya, Tim Platinum mendapat dukungan penuh dari
pihak Departemen Kimia ITS, khususnya dosen pembimbing Dra Harmami MSi untuk
pemahaman konsep teori dan pengaplikasian inovasi. Selain itu, mereka juga
difasilitasi untuk melakukan eksperimen di Laboratorium Instrumentasi dan Sains
Analitik Kimia ITS sebelum adanya pandemi Covid-19. “Inovasi yang kami rancang
ini sebenarnya merupakan lanjutan dari PKM Penelitian (PKM-P) yang terdanai
pada 2018 lalu,” ungkapnya.
Memang bukan rahasia lagi jika anggota Tim Platinum ini
telah berpengalaman mengikuti lomba serupa dan berhasil membawa harum nama ITS
di kancah internasional. “Kompetisi seperti ini memberikan ketertarikan sendiri
bagi tim kami, apalagi sebagai mahasiswa Departemen Kimia, kami harus berperan
untuk membantu menanggulangi permasalahan lingkungan,” ujar mahasiswi kelahiran
6 November 1997 tersebut.
Meski terkendala dalam hal komunikasi dan koordinasi antar tim akibat pandemi, Tim Platinum akhirnya dapat menyelesaikan kompetisi ini dengan baik meskipun dilakukan secara daring. “Saya berharap semoga inovasi yang kami berikan dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya dalam bidang inhibitor korosi pada logam yang bersifat ramah lingkungan,”tambahnya.
Jadi, bagaimana pendapatmu mengenai inovasi terbaru dari ITS tersebut ? Jangan lupa tinggalkan komentar dibawah Sob ! mari berdiskusi !
“Terima kasih telah membaca artikel kami, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.”
Sumber :