Riset Anak Negeri - Mahasiswa Keperawatan UNAIR Ciptakan SEEMON (Self E-Monitoring), Raih Juara Nasional
Khoirunnisa Suhandarini (kiri) Adelya Salsabila Putri (kanan) sedang presentasi tentang ide yang digagas. |
“Hallo Sobat Riset !!!, Assalamualikum Wr.Wb. Salam sejahtera bagi kita semua”.
Pada artikel sebelumnya kami sudah pernah membahas mengenai
revolusi industri, dari revolusi industri 1.0 sampai dengan revolusi industri 5.0, untuk yang belum tahu
sobat bisa cek di laman Revolusi Industri 1.0 - 4.0 dan Society 5.0 Beserta Dampak di Berbagai Bidang, di situ kami menerangkan bahwa revolusi industri
adalah perubahan besar terhadap cara manusia dalam mengolah sumber daya dan
memproduksi barang.
Di Negara Indonesia sendiri sedang menghadapi revolusi industri
4.0 dimana sendi kehidupan manusia didominasi oleh kemajuan teknologi
informasi. Internet, data, dan artificial intelligence adalah sederet teknologi
yang menopang revolusi ini. Lalu bagaimana dengan revolusi industry 5.0
sendiri?
Lahirnya Society 5.0 diperkenalkan di Kantor Perdana Menteri
Jepang pada hari Senin, 21 Januari 2019. Melalui Society 5.0, kecerdasan buatan
(artificial intelligence) akan mentransformasi big data pada segala sendi
kehidupan serta the Internet of Things akan menjadi suatu kearifan baru, yang
akan didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan manusia membuka peluang-peluang
bagi kemanusiaan. Transformasi ini akan membantu manusia untuk menjalani
kehidupan yang lebih bermakna.
Secara sederhana, Society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based). Jepang menghadapi masalah tingginya generasi tua yang mana pengeluaran untuk biaya pengobatan serta pelayanan nya semakin meningkat. Adapun solusi jepang untuk menghadapi masalah ini melalui Society 5.0 ialah :
1.
Menggunakan data medical records untuk membantu
mempercepat penanganan kesehatan
2.
Membuat sistem remot untuk pelayanan kesehatan
3.
Menggunakan AI dan robot sebagai perawat
Jika Negara Jepang
sebegitu majunya lalu bagaimana dengan Negara kita ? tidak perlu khawatir sob !.
Sekarang di Negara kita juga sudah memiliki inovasi untuk menghadapi
permasalahan tersebut, yang mana tujuannya hampir sama persis dengan inovasi
Society 5.0 yang dikembangkan oleh Negara Jepang.
Dilansir laman unair.ac.id – Tim yang beranggotakan dua orang yaitu Khorunnisa
Suhandarini dan Adelya Salsabila Putri mahasiswi Fakultas Keperawatan UNAIR
angkatan 2019 SEEMON (Self E-Monitoring): Aplikasi Pemantauan Mandiri Perawatan
Paliatif pada Pasien Penyakit Kronis Berbasis Internet of Things. Inovasi berupa
aplikasi yang mudah digunakan dimana saja dan kapan saja untuk pasien penyakit
kronis agar mendapatkan perawatan paliatif yang berkualitas.
Sekadar informasi, terapi paliatif adalah terapi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penyakit berat seperti kanker. Terapi paliatif fungsinya bukan untuk menyembuhkan, melainkan mengurangi keluhan dan gejala dari penyakit yang mereka hadapi.
Perawatan Paliatif untuk Penderita Kanker |
Terapi paliatif menjadi salah satu cara yang paling efektif
diterapkan pada pasien dengan penyakit berat seperti kanker. Meski demikian,
terapi ini kerap mendapatkan permasalahan dan pertentangan pada saat
penerapannya di lapangan.
“Aplikasi yang kita gagas dilatarbelakangi karena perawatan paliatif
yang belum maksimal di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan
tenaga kesehatan. Sehingga aplikasi ini memfasilitasi pasien penyakit kronis
untuk dapat merawat dirinya sendiri di rumah dengan pengawasan bebasis internet
of things oleh tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, psikolog, psikiater
dan ahli gizi,” ujar Adelya.
Dari inovasi ini, kedua Mahasiswa Keperawatan UNAIR menorehkan
prestasi walaupun di tengah pandemi Covid-19. Delegasi FKp UNAIR berhasil
meraih Juara II dalam ajang Islamic Health Essay Competition dengan tema
Optimalisasi Generasi Madani dalam Penatalaksanaan Palliative Care di Era Industri
4.0 yang diadakan oleh Fakultas Keperawatan UNAIR pada tanggal 3 Juli-24
Oktober 2020.
Khoirunnisa dan Adelya sangat bahagia dan bersyukur karena telah memenangkan lomba tersebut. “Alhamdulillah, saya dan juga Adelya berhasil memenangkan perlombaan ini meskipun di tengah pandemi Covid-19, sehingga untuk seleksi perlombaannya serba menggunakan online.
Yang pertama mengirimkan naskah
essai kemudian diambil 10 besar, dan untuk babak semifinal mengirimkan sebuah
video presentasi, yang kemudian ditentukan lima pemenang,” jelas Khoirunnisa.
Kemudian, terdapat tips dan trik dalam mengikuti perlombaan esai yaitu dalam pembuatan judul merupakan hal yang sangat penting, kemudian penyusunan karya harus benar-benar disesuaikan dengan buku pedoman lomba.
“Tips n trik untuk memenangkan lomba esai yaitu yang pertama
judul harus baik dan menarik. Kemudian, penyusunan karya harus sesuai dengan
tema dan terdapat inovasi yang ditawarkan dengan tinjauan berbagai sumber
jurnal, sedangkan untuk presentasi harus memperhatikan kriteria penilaian untuk
memaksimalkan peluang,” ungkap Khoirunnisa.
Untuk kedepannya, Khoirunnisa dan Adelya berharap dapat memenangkan kembali lomba yang serupa, dengan terus belajar menciptakan karya yang lebih baik. Sehingga dapat menciptakan karya-karya yang bermanfaat untuk orang lain.
Jadi, bagaimana pendapatmu mengenai inovasi terbaru dari UNAIR tersebut ? Jangan lupa tinggalkan komentar dibawah ya Sob ! mari berdiskusi !
“Terima kasih telah membaca artikel kami, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.”
Sumber :
https://karinov.co.id/revolusi-industri-5-jepang/
http://yayasankankerindonesia.org/article/perawatan-paliatif-untuk-penderita-kanker