Riset Anak Negeri - Mendeteksi Ujaran Kebencian di Twitter, Peneliti UI Manfaatkan AI
Gedung Rektorat UI |
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Halo Sobat Riset !!!,
Salam sejahtera bagi kita semua.
Siapa nih yang tidak tahu ap aitu twitter? twitter adalah
layanan jejaring sosial dan mikroblog daring yang memungkinkan penggunanya
untuk mengirim dan membaca pesan berbasis teks hingga 140 karakter akan tetapi
pada tanggal 07 November 2017 bertambah hingga 280 karakter yang dikenal dengan
sebutan kicauan (tweet).
Twitter didirikan pada bulan Maret 2006 oleh Jack Dorsey,
dan situs jejaring sosialnya diluncurkan pada bulan Juli. Sejak diluncurkan,
Twitter telah menjadi salah satu dari sepuluh situs yang paling sering
dikunjungi di Internet, dan dijuluki dengan "pesan singkat dari Internet".
Di Twitter, pengguna tak terdaftar hanya bisa membaca kicauan, sedangkan pengguna terdaftar bisa menulis kicauan melalui antarmuka situs web, pesan singkat (SMS), atau melalui berbagai aplikasi untuk perangkat seluler.
Tingginya popularitas Twitter menyebabkan layanan ini telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dalam berbagai aspek, misalnya sebagai sarana protes, kampanye politik, sarana pembelajaran, dan sebagai media komunikasi darurat. Twitter juga dihadapkan pada berbagai masalah dan kontroversi seperti masalah keamanan dan privasi pengguna, gugatan hukum, dan penyensoran.Dilansir laman ui.ac.id ̶ Peneliti
dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI), yaitu Muhammad
Okky Ibrohim, M.Kom. dan Dr. Indra Budi memanfaatkan Artificial Intelligence
(AI) untuk mendeteksi ujaran kebencian dan bahasa kasar yang di-cuit-kan oleh
netizen Indonesia pada media sosial Twitter.
Kecerdasan buatan adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada
suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah atau bisa disebut juga
intelegensi artifisial atau hanya disingkat AI, didefinisikan sebagai
kecerdasan entitas ilmiah. Wikipedia
Penelitian ini kelak dapat dimanfaatkan oleh Direktorat
Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri untuk investigasi kejahatan siber di
Indonesia.
Baca Juga : Aplikasi untuk Mengukur Stres dan Depresi Ciptaan Irma Melyani Puspitasari, M.T., PhD
Hasil riset menunjukkan bahwa kombinasi fitur Word Unigram,
Random Forest Decision Tree (RFDT), dan Label Power-set (LP) mampu medeteksi
bahasa kasar dan ujaran kebencian yang terdapat di Twitter dengan akurasi
77,36%.
Dari total 13.169 cuitan yang berhasil dikumpulkan dengan
memanfaatkan Twitter Search API, tercatat sebanyak 7.608 cuitan adalah bukan
ujaran kebencian, dan 5.561 cuitan adalah ujaran kebencian.
Menurut Okky, dalam risetnya ini, ujaran kebencian dikategorikan menjadi lima kategori, seperti: agama, ras, fisik, gender atau orientasi seksual, dan umpatan lainnya. Pendeteksian juga mampu mengklasifikasikan target, kategori, dan level ujaran kebencian itu sendiri.
Ujaran kebencian diklasifikasikan pada tiga level. Pertama,
weak hate speech yaitu level kata umpatan ditujukan pada individu tanpa unsur
provokasi. Kedua, moderate hate speech adalah level umpatan yang ditujukan
kepada kelompok tanpa provokasi. Ketiga, strong hate speech adalah level
umpatan yang memprovokasi dan berpotensi membuka konflik.
Okky menuturkan, “Penelitian kami berangkat dari maraknya
ujaran kebencian dan penggunaan bahasa yang kasar pada media sosial, khususnya
Twitter, yang sangat berpotensi menimbulkan konflik antar individu maupun
kelompok. Tidak jarang pula, ujaran kebencian dengan menggunakan bahasa kasar
dipakai untuk menyerang seseorang maupun kelompok. Saat ini, kami terus
berupaya mengembangkan pemanfaatan AI untuk deteksi hate speech. Kami berharap,
dengan adanya alat bantu teknologi, maka akan semakin mempermudah tim melakukan
investigasi kejahatan siber.”
Oky mengatakan, Baik definisi yang digunakan maupun panduan
anotasi disusun berdasarkan buku bahasa sosial dan handbook ujaran kebencian,
serta divalidasi oleh ahli dengan wawancara dan diskusi kelompok bersama staf
Direktorat Tindak Pidana Siber Badan Reserse dan Kriminal Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Bareskrim Polri), serta seorang linguis. Hal ini dilakukan
untuk memvalidasi definisi ujaran kebencian secara tepat.
Jadi, bagaimana pendapatmu mengenai inovasi terbaru dari Peneliti
UI tersebut ? Jangan lupa tinggalkan komentar dibawah Sob ! mari berdiskusi !
Terima kasih telah membaca artikel kami, Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Sumber :