Riset Anak Negeri - Pembuat Tepung Ikan UNS
“Hallo Sobat Riset !!!, Assalamualikum Wr.Wb. Salam
sejahtera bagi kita semua”.
Isu strategis dan permasalahan umum yang menjadi kendala
utama dalam mewujudkan kegiatan perikanan berkelanjutan di Indonesia adalah: 1)
pengelolaan perikanan (fisheries management); 2) penegakan hukum (law
enforcement); dan 3) pelaku usaha perikanan.
Masih lemahnya sistem
pengelolaan perikanan merupakan isu strategis dan permasalahan umum yang pokok
dalam mewujudkan sektor perikanan berkelanjutan di Indonesia. Hal ini telah
diindikasikan dengan tidak meratanya tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di
wilayah Indonesia.
sektor perikanan budidaya di Indonesia masih mempunyai
banyak kendala dalam pengelolaan dan pengembangannya, salah satunya yaitu pada
aspek ekonomi. Beberapa isu permasalahan pada aspek sosial adalah Teknologi dan
system produksi.
Akses terhadap teknologi terbatas, sehingga pembudidaya
tidak leluasa untuk meningkatkan skala usaha dan atau mengaplikasikan teknologi
untuk efisiensi usaha. Dan ini sangat mempengaruhi pendapatan para pembudidaya
ikan, jika masalah ini tidak segera terselesaikan maka para pembudidaya ikan
akan mengalami kemiskinan.
Maka dari itu beberapa solusi atau inovasi terus ditingkatkan dan dikembangkan untuk
menghadapi permasalahan ini. Salah satunya ialah inovasi alat berupa mesin pembuat
tepung ikan dari limbah ikan yang diciptakan oleh Tim Program Kemitraan
Masyarakat (PKM) Group Research (GR) Energy Conversion, Combustion and Energy
Education (ECCEE) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Dilansir dari laman uns.ac.id , Mesin ini diciptakan untuk
mendukung kemandirian pakan ikan bagi kelompok pembudidaya ikan Desa Berahan
Kulon, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Pelaksanaan PKM yang diketuai oleh Dr. Eng. Herman Saputro
dengan beranggotakan Dr. Laila Fitriana, Budi Siswanto, M. Ars, Ir. Husin
Bugis, dan Ranto, M. T, berlangsung pada Jumat (16/10/2020).
Selain bekerja sama dengan kelompok pembudidaya ikan, GR
ECCEE UNS turut menggandeng Energy Convertion and Combustion Laboratory (ECCL)
UNS untuk melibatkan mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Mesin
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS dalam hal inovasi dan desain
mesin pembuat tepung ikan.
“Mesin ini memanfaatkan limbah ikan menjadi tepung ikan.
Seperti diketahui bersama bahwa harga pakan ikan saat ini menjadi variabel
utama bagi pelaku usaha pembudidayaan ikan,” terang Ketua GR ECCEE UNS, Dr.
Eng. Herman Saputro, Selasa (20/10/2020).
Ia menerangkan gagasan pembuatan mesin pembuat tepung ikan
diawali dari observasi dan diskusi bersama Kepala Desa (Kades) Berahan Kulon,
Bp. Sugondo, ST., MT. Selanjutnya, GR ECCEE UNS menindaklanjuti hasil observasi
tersebut dengan melakukan identifikasi masalah dan pemetaan potensi yang ada di
Desa Berahan Kulon.
Temuan yang didapat GR ECCEE UNS adalah limbah ikan yang
mencapai 100-150 kg/ hari belum termanfaatkan dan adanya masalah ketersediaan
pakan ikan bagi kelompok pembudidaya ikan di Desa Berahan Kulon.
“Hasil diskusi bersama antara GR ECCEE UNS, kades dan
kelompok pembudidaya ikan sebagai UMKM mitra sepakat untuk melakukan kegiatan
pemberdayaan kelompok nelayan dalam pemanfaatan limbah ikan menjadi tepung
ikan,” ujar Dr. Eng. Herman Saputro.
Desain mesin pembuat tepung disesuaikan dengan karakteristik
bahan baku yang berupa limbah ikan dan ketersediaan energi penggerak di Desa
Berahan Kulon. Keunggulan dari mesin ini adalah mampu menyelesaikan tahapan
pembuatan tepung ikan, mulai dari tahap awal sampai akhir, dengan mulai
mencacah hingga menghaluskan tepung ikan.
Penghalusan tepung ikan dapat dilakukan sebab mesin ini
dilengkapi dengan mekanisme pengayakan yang dioperasikan secara terintegrasi
untuk menghasilkan tepung dalam dua bentuk ukuran yang berbeda.
Dr. Eng. Herman Saputro berharap, dengan keberadaan mesin
ini dapat membantu ketersediaan pakan
ikan bagi kelompok pembudidaya ikan di desa ini. Saat ini harga pakan ikan di
pasaran berkisar Rp 12.000-Rp 15.000/ kg, sehingga pakan ternak menjadi variable
penting dalam budidaya ikan.
Dr. Eng. Herman Saputro mengatakan akan ada penghematan yang
sangat signifikan. Karena dari perhitungan biaya produksi tepung ikan dengan
memanfaatkan limbah ikan membutuhkan ongkos Rp 5.000-Rp 6.000/kg. Jika berjalan
dengan baik, Penghematan tersebut dapat meningkatkan penghasilan kelompok pembudidaya
ikan.
Imam, salah satu anggota kelompok pembudidaya ikan mengucapkan
terima kasih atas kontribusi dan perhatian yang diberikan GR ECCEE UNS. Ia
mengharapkan kegiatan in dapat rutin dilakukan, terutama tentang mesin-mesin
lain yang mendukung budidaya ikan dan tambak.
“Terima kasih UNS sudah menggelar program kemitraan ini.
Kami sangat terbantu dan semoga bisa rutin dilakukan kedepannya,” ucap Imam
selaku humas UNS.
Jadi, bagaimana pendapatmu mengenai inovasi terbaru dari UNS tersebut ? Jangan lupa tinggalkan komentar dibawah Sob ! mari
berdiskusi !
“Terima kasih telah membaca artikel kami, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.”
Sumber :